Selasa, 24 Juli 2012

Postingan Ust. Mohammad Fauzil Adhim


Menegakkan Adab Pada Murid

by Mohammad Fauzil Adhim on Monday, July 23, 2012 at 9:06am ·
Oleh Mohammad Fauzil Adhim



Perkara yang tampaknya sepele, tetapi paling sulit kita tegakkan adalah niat ikhlas karena Allah Ta’ala dan bertujuan hanya untuk meraih ridha Allah ‘Azza wa Jalla. Padahal niat merupakan perkara penting yang dengannya nilai amal ditentukan. Begitu pula dalam menuntut ilmu, niat merupakan aspek tak terlihat yang sangat berpengaruh terhadap apa yang akan mereka peroleh selama belajar. Itu sebabnya, pendidik harus senantiasa mengingatkan mereka dengan penuh kesungguhan dan kreativitas. Seorang pendidik membangun niat pada peserta didik agar mereka siap menjadi murid, yakni pribadi yang secara aktif berkeinginan sangat kuat terhadap kebaikan, kebenaran dan ilmu. Bukan sekedar mendengar, menerima dan mengingat atau mencerna saja. Inilah proses penting untuk menyiapkan mereka dari sekedar peserta didik menjadi murid dalam makna sebenarnya.

Sejak kapan kita kenalkan anak dengan masalah niat? Sejak jenjang paling awal pendidikan mereka. Lalu kita berusaha menumbuhkan pada diri mereka niat ikhlas itu tahap demi tahap. Kita menumbuhkan, membangun, menguati dan merawat niat itu dengan penuh kesungguhan karena niat merupakan masalah yang paling menentukan. Pada saat yang sama, kita perlu kreatif dalam menata niat pada diri murid-murid kita karena sesuatu yang bersifat rutin untuk jangka panjang akan terasa hambar jika kita ingatkan dengan cara yang sama setiap saat.

Mari kita ingat sejenak sabda Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam tentang betapa pentingnya niat, “Sesungguhnya ‘amal perbuatan itu bergantung pada niatnya. Sesungguhnya setiap orang itu mendapat sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka pahala hijrahnya adalah pahala hijrah karena Allah dan Rasul-Nya. Barangsi­apa berhijrah karena ingin mendapat dunia atau karena wanita yang akan ia nikahi, maka ia hanya akan men­dapatkan apa yang dituju.” (HR. Bukhari & Muslim).

Khusus terkait niat menuntut ilmu, Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mencari ilmu yang seharusnya ditujukan untuk mengharap wajah Allah ‘Azza wa Jalla, lalu tidaklah dia mempelajarinya melainkan untuk mencari keuntungan dunia, maka dia tidak akan mencium aroma surga.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah & Al-Hakim).

Maka betapa celaka orang yang bertekun-tekun menuntut ilmu tapi salah niat, meski yang ia tekuni adalah ilmu dien. Padahal menuntut ilmu merupakan jalan yang memudahkan seseorang meraih surga, sebagaimana sabda Nabi saw., “Dan barangsiapa yang meniti jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Lihatlah, betapa berbedanya. Sama ilmu yang dipelajari, tetapi beda niat yang menggerakkannya, beda pula nilainya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Dan sesungguhnya, menempuh jalan yang Allah Ta’ala ridhai merupakan sarana untuk meraih barakah Allah Ta’ala atas setiap yang kita raih. Jika niat mencari ilmu lurus dan bersih karena Allah Ta’ala, maka baginya ilmu yang penuh barakah; ilmu yang membawa kebaikan bagi yang menguasainya dan bahkan bagi orang lain.

Di sisi lain, lurusnya niat dan kuatnya tekad berpengaruh besar terhadap pribadi murid agar siap berpayah-payah mengejar ilmu. Apa yang mereka dapati di kelas dan berbagai majelis ilmu boleh jadi tidak menyenangkan, cara mengajar guru datar-datar saja, tetapi mereka mampu menikmati proses mencari ilmu tersebut bersebab lurusnya niat dan kuatnya tekad.

Pertanyaannya, apakah yang kita lakukan untuk menumbuhkan, membangun, merawat dan menguatkan niat anak didik kita? Atau boleh jadi kita perlu bertanya lebih mendasar lagi, yakni sudahkah kita tumbuhkan kesadaran pada diri mereka tentang niat mencari ilmu?


Menghormati Guru dan Bersabar dalam Memungut Ilmunya

Imam Syafi’i rahimahullah menasehati para penuntut ilmu:


أَخِي لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ


“Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara yang akan saya beritahukan perinciannya: 1. kecerdasan, 2. semangat, 3. sungguh-sungguh, 4. biaya, 5. bersahabat (belajar) dengan ustadz, 6. membutuhkan waktu yang lama.”

Inilah bekal yang harus kita tanamkan kepada anak didik. Merupakan tugas guru untuk menumbuhkan pada diri anak kesadaran untuk mengerahkan kecerdasannya secara optimal dalam menyerap ilmu dan mengambil manfaat dari penjelasan guru. Pada saat yang sama, guru secara serius dan terencana membangkitkan semangat murid untuk belajar; bukan semata mengajar dengan cara menarik, tetapi terutama bagaimana murid memiliki semangat yang tak putus-putus, meski terik matahari sedang menyengat. Tugas guru menumbuhkan semangat dalam diri anak. Bukan sekedar karena suasana yang kondusif. Dan ini perlu dilakukan di awal anak masuk sekolah, lalu merawatnya hingga masa-masa berikutnya sehingga anak yang semula tidak bergairah di kelas, berubah menjadi sangat merindukan belajar bersama guru.

Nah.

Jika semangat belajar sudah tumbuh dengan baik, maka bekal berikutnya yang harus ditanamkan oleh guru adalah kesediaan murid untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Inilah bekal awal yang perlu mendapat perhatian utama dari guru dan lembaga pendidikan. Di antara bentuk kesungguhan itu adalah kesediaan murid untuk mendahulukan kepentingan pembiayaan belajar daripada pemenuhan keinginan atau bahkan kebutuhan yang lain. Ini bukan berarti keberhasilan sekolah ditentukan oleh biaya yang mahal, tetapi lebih kepada bagaimana murid bersedia menyisihkan uangnya untuk menuntut ilmu lebih daripada pemenuhan keinginan terhadap makanan, pakaian dan lainnya. Terkait dengan ini, ada tugas penting yang perlu dilakukan oleh guru bersama lembaga pendidikan untuk membekali murid dengan kemampuan mentasharrufkan harta dengan tepat sesuai tuntunan syari’at. Saya berharap dapat menghadirkan satu tulisan yang secara khusus membahas tentang masalah ini.

Wujud lain kesungguhan menuntut ilmu adalah kesediaan meluangkan waktu yang lama dalam belajar. Kesadaran bahwa tiap-tiap ilmu memerlukan waktu panjang untuk menguasainya dengan benar-benar matang juga penting dalam menjaga semangat. Jika kesadaran itu ada, maka murid akan lebih mampu bersabar. Mereka tidak cepat putus asa. Kesediaan untuk menyisihkan waktu yang lama juga sangat penting dalam menjaga penghormatannya kepada guru. Mereka yang hanya mengikuti pembelajaran apa adanya hanya mendapatkan ilmu sebatas yang didengar sekilas. Tetapi mereka yang bersedia meluangkan waktu lebih panjang, akan bertekun-tekun belajar, termasuk dalam mendapatkan curahan ilmu dari guru di luar kelas.

Pada akhirnya, kita harus menanamkan keinginan yang kuat pada diri murid untuk bersahabat dengan guru, yakni berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghormati guru, mendengarkan dengan penuh perhatian dan menjadikan guru ridha kepadanya. Dalam tulisan terdahulu yang bertajuk Kuncinya Pada Guru, kita telah berbincang tentang sikap yang harus dimiliki guru. Inilah penentu sukses pendidikan. Selaras dengan itu, guru pun bertanggung-jawab menjadi murid memiliki penghormatan yang tulus. Guru harus menanamkan sikap ini bukan karena mengingini penghormatan, tetapi karena sadar betul bahwa ia harus menyiapkan murid untuk memiliki bekal sukses dalam menuntut ilmu, yakni menghormati guru.

Mari kita ingat kembali 3 bekal sukses sebagai murid dapat mereka miliki, yakni percaya kepada guru, menghormati (memuliakan) guru serta memiliki ikatan emosi yang sangat kuat terhadap guru. Bantulah mereka agar dapat memiliki 3 bekal tersebut dengan menanamkan kesadaran, menginspirasi dan menegakkan manner & etiquettes (adab) terhadap guru, baik di sekolah maupun di kelas. Dalam hal ini, sekolah harus memiliki aturan dan batasan efektif.

Wallahu a’lam bish-shawab.

::: Ini merupakan tulisan ke-5 dari serial tulisan tentang ta'dib di majalah Hidayatullah. Mohon do'anya semoga Allah Ta'ala mampukan saya menuliskan hingga 12 edisi. Semoga Allah Ta'ala limpahi ilmu yang manfaat kepada kita semua.

Senin, 18 Juni 2012

posting dr twitter @kupinang

1. Imam Syafi’i rahimahullah menasehati para penuntut ilmu, “Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara 
2. >> yg akan saya beritahukan perinciannya: 1. kecerdasan, 2. semangat, 3. kesungguhan, 4. biaya, 5. bersahabat (belajar) dg ustadz,
3. >> dan 6. membutuhkan waktu yang lama.” | Inilah bekal yang harus kita tanamkan kepada anak didik.
4. Tugas guru: menumbuhkan kesadaran anak u/ mengerahkan kecerdasannya scr optimal dlm mnyerap ilmu & mngambil manfaat dr pnjelasan guru.
5. Pada saat yg sama, guru scr serius & terencana mmbangkitkan semangat murid u/ belajar; bukan semata mengajar dg cara menarik
6. >> tetapi terutama bagaimana murid memiliki semangat yang tak putus-putus, meski terik matahari sedang menyengat.
7. Tugas guru menumbuhkan semangat dalam diri anak. Bukan sekedar karena suasana yang kondusif.
8. Dan ini perlu dilakukan di awal anak masuk sekolah, lalu merawatnya hingga masa-masa berikutnya sehingga
9. >> anak yang semula tidak bergairah di kelas, berubah menjadi sangat merindukan belajar bersama guru. Nah.
10. Jika smangat belajar sudah tumbuh, maka bekal berikutnya yg harus dtanamkan adlh kesediaan murid u/ brsungguh-sungguh menuntut ilmu.
11. Inilah bekal awal yang perlu mendapat perhatian utama dari guru dan lembaga pendidikan. Di antara bentuk kesungguhan itu adalah 
12. >> kesediaan murid u/ mendahulukan kepentingan pembiayaan belajar daripada pemenuhan keinginan atau bahkan kebutuhan yg lain.
13. Ini bukan berarti keberhasilan sekolah ditentukan oleh biaya yg mahal, tp lebih kpd bagaimana murid bersedia menyisihkan uangnya 
14. >> untuk menuntut ilmu lebih daripada pemenuhan keinginan terhadap makanan, pakaian dan lainnya.
15. Terkait dengan ini, ada tugas penting yang perlu dilakukan oleh guru bersama lembaga pendidikan untuk membekali murid
16. >> dengan kemampuan mentasharrufkan harta dengan tepat sesuai tuntunan syari’at.
17. Wujud lain kesungguhan menuntut ilmu adalah kesediaan meluangkan waktu yang lama dalam belajar.
18. Kesadaran bahwa tiap-tiap ilmu memerlukan waktu panjang u/ menguasainya dg benar-benar matang juga penting dalam menjaga semangat.
19. Jika kesadaran itu ada, maka murid akan lebih mampu bersabar. Mereka tidak cepat putus asa.
20. Kesediaan untuk menyisihkan waktu yang lama juga sangat penting dalam menjaga penghormatannya kepada guru.
21. Mereka yang hanya mengikuti pembelajaran apa adanya hanya mendapatkan ilmu sebatas yang didengar sekilas.
22. Tp mereka yg brsedia luangkn waktu lbh panjang, akan brtekun-tekun belajar, termsk dlm mndapatkan curahan ilmu dr guru di luar kelas.
23. Pada akhirnya, kita harus menanamkan keinginan yang kuat pada diri murid untuk bersahabat dengan guru, 
24. >> yakni berusaha dengan sungguh-sungguh u/ menghormati guru, mendengarkan dg penuh perhatian & menjadikan guru ridha kepadanya.
25. Selaras dengan itu, guru pun bertanggung-jawab menjadi murid memiliki penghormatan yang tulus.
26. Guru harus menanamkan sikap ini bukan karena mengingini penghormatan, tetapi karena sadar betul bahwa
27. >> ia harus menyiapkan murid untuk memiliki bekal sukses dalam menuntut ilmu, yakni menghormati guru.
28. Tugas kita membantu anak memiliki 3 bekal sukses sebagai murid, yakni percaya kepada guru (trust to teacher),
29. >> hormat pada guru (respect to teacher) dan ikatan emosi dengan guru (emotional bonding with teacher). Wallahu a’lam bish-shawab.

Senin, 23 April 2012

Mengenal Ummu Salamah Radhiyallahu Anha


Muslimahzone.com – Beliau adalah Hindun binti Abi Umayyah bin Mughirah al-Makhzumiyah al-Qursyiyah. Bapaknya adalah putra dari salah seorang Quraisy yang diperhitungkan (disegani) dan terkenal dengan kedermawanannya. Ayahnya dijuluki sebagai ”Zaad ar-Rakbi ” yakni seorang pengembara yang berbekal. Dijuluki demikian karena apabila dia melakukan safar (perjalanan) tidak pernah lupa mengajak teman dan juga membawa bekal bahkan ia mencukupi bekal milik temannya. Adapun ibu beliau bernama ‘Atikah binti Amir bin Rabi’ah al-Kinaniyah dari Bani Farras yang terhormat. Disamping beliau memiliki nasab yang terhormat ini beliau juga seorang wanita yang berparas cantik, berkedudukan dan seorang wanita yang cerdas.
Pada mulanya dinikahi oleh Abu Salamah Abdullah bin Abdil Asad al-Makhzumi, seorang shahabat yang agung dengan mengikuti dua kali hijrah. Baginya Ummu Salamah adalah sebaik-baik istri baik dari segi kesetiaan, keta’atan dan dalam menunaikan hak-hak suaminya. Dia telah memberikan pelayanan kepada suaminya di dalam rumah dengan pelayanan yang menggembirakan. Beliau senantiasa mendampingi suaminya dan bersama-sama memikul beban ujian dan kerasnya siksaan orang-orang Quraisy. Kemudian beliau hijrah bersama suaminya ke Habasyah untuk menyelamatkan diennya dengan meninggalkan harta, keluarga, kampung halaman dan membuang rasa ketundukan kepada orang-orang zhalim dan para thagut.
Di bumi hijrah inilah Ummu Salamah melahirkan putranya yang bernama Salamah. Bersamaan dengan disobeknya naskah pemboikotan (terhadap kaum muslimin dan kaumnya Abu Thalib) dan setelah masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthallib dan Umar bin Khaththab radhiallaahu ‘anhuma , kembalilah sepasang suami-isteri ini ke Mekkah bersama shahabat-shahabat yang lainnya. Kemudian manakala Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan bagi para shahabatnya untuk hijrah ke Madinah setelah peristiwa Bai’atul Aqabah al-Kubra, Abu Salamah bertekad untuk mengajak anggota keluarganya berhijrah.
Kisah hijrahnya mereka ke Madinah sungguh mengesankan, maka marilah kita mendengar penuturan Ummu Salamah yang menceritakan dengan lisannya tentang perjalanan mereka tatkala menempuh jalan hijrah. Berkata Ummu Salamah: Tatkala Abu Salamah tetap bersikeras untuk berhijrah ke Madinah, dia menuntun untanya kemudian menaikkan aku ke atas punggung unta dan membawa anakku Salamah. Selanjutnya kami keluar dengan menuggang unta, tatkala orang-orang dari Bani Mughirah melihat kami segera mereka mencegatnya dan berkata: ‘Jika dirimu saja yang berangkat maka kami tidak kuasa untuk mencegahnya namun bagaimana dengan saudara kami (Ummu Salamah yang berasal dari Bani Mughirah) ini?’.
Kemudian mereka merenggut tali kendali unta dari tangannya dan mencegahku untuk pergi bersamanya. Ketika Bani Abdul Asad dari kaum Abi Salamah melihat hal itu, mereka marah dan saling memperebutkan Salamah hingga berhasil mengambilnya dari paman-pamannya, mereka mengatakan:’Tidak! demi Allah kami tidak akan membiarkan anak laki-laki kami bersamanya jika kalian memisahkan istri dari keluarga laki-laki kami’. Mereka memperebutkan anakku, Salamah lalu melepaskan tangannya, kemudian anakku dibawa pergi bergabung dengan kaum bapaknya, sedangkan aku tertahan oleh Bani Mughirah. Maka berangkatlah suamiku seorang diri hingga sampai ke Madinah untuk menyelamatkan dien dan nyawanya. Selama beberapa waktu lamanya, aku merasakan hatiku hancur dalam keadaan sendiri karena telah dipisahkan dari suami dan anakku. Sejak hari itu, setiap hari aku pergi keluar ke pinggir sebuah sungai, kemudian aku duduk disuatu tempat yang menjadi saksi akan kesedihanku. Terkenang olehku saat-saat dimana aku berpisah dengan suami dan anakku sehingga menyebabkan aku menangis sampai menjelang malam.
Kebiasaan tersebut aku lakukan kurang lebih selama satu tahun hingga ada seorang laki-laki dari kaum pamanku yang melewatiku. Tatkala melihat kondisiku, ia menjadi iba kemudian berkata kepada orang-orang dari kaumku:’Apakah kalian tidak membiarkan wanita yang miskin ini untuk keluar? Sungguh kalian telah memisahkannya dengan suami dan anaknya’. Hal itu dikatakan secara berulangkali sehingga menjadi lunaklah hati mereka, kemudian mereka berkata kepadaku: ‘Susullah suamimu jika kamu ingin’. Kala itu anakku juga dikembalikan oleh Bani Abdul Asad kepadaku. Selanjutnya aku mengambil untaku dan meletakkan anakku dipangkuannya. Aku keluar untuk menyusul suamiku di Madinah dan tak ada seorangpun yang bersamaku dari makhluk Allah. Manakala aku sampai di at-Tan’im aku bertemu dengan Utsman bin Thalhah. Dia bertanya kepadaku:’Hendak kemana anda wahai putri Zaad ar-Rakbi?’. ‘Aku hendak menyusul suamiku di Madinah”, jawabku. Utsman berkata: ‘apakah ada seseorang yang menemanimu?. Aku menjawab: ‘Tidak! demi Allah! melainkan hanya Allah kemudian anakku ini’. Dia menyahut: ‘Demi Allah engkau tidak boleh ditinggalkan sendirian’. Selanjutnya dia memegang tali kekang untaku dan menuntunnya untuk menyertaiku.
Demi Allah tiada aku kenal seorang laki-laki Arab yang lebih baik dan lebih mulia dari Ustman bin Thalhah. Apabila kami singgah di suatu tempat, dia mempersilahkan aku berhenti dan kemudian dia menjauh dariku menuju sebuah pohon dan dia berbaring dibawahnya. Apabila kami hendak melanjutkan perjalanan, dia mendekati untaku untuk mempersiapkan dan memasang pelananya kemudian menjauh dariku seraya berkata: ‘Naiklah!’. Apabila aku sudah naik ke atas unta dia mendatangiku dan menuntun untaku kembali. Demikian seterusnya yang dia lakukan hingga kami sampai di Madinah. Tatkala dia melihat desa Bani Umar bin Auf di Quba’ yang merupakan tempat dimana suamiku, Abu Salamah berada di tempat hijrahnya. Dia berkata:’Sesungguhnya suamimu berada di desa ini, maka masuklah ke desa ini dengan barokah Allah’. Sementara Ustman bin Thalhah langsung kembali ke Makka”. Begitulah, Ummu Salamah adalah wanita pertama yang memasuki Madinah dengan sekedup unta sebagaimana beliau juga pernah mengikuti rombongan pertama yang hijrah ke Habasyah.
 Selama di Madinah beliau sibuk mendidik anaknya – inilah tugas pokok bagi wanita – dan mempersiapkan sesuatu sebagai bekal suaminya untuk berjihad dan mengibarkan bendera Islam. Abu Salamah mengikuti perang Badar dan perang Uhud. Pada Perang Uhud inilah beliau terkena luka yang parah. Beliau terkena panah pada begian lengan dan tinggal untuk mengobati lukanya hingga merasa sudah sembuh. Selang dua bulan setelah perang Uhud, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam mendapat laporan bahwa Bani Asad merencanakan hendak menyerang kaum muslimin. Kemudian beliau memanggil Abu Salamah dan mempercayakan kepadanya untuk membawa bendera pasukan menuju Qathn, yakni sebuah gunung yang berpuncak tinggi disertai pasukan sebanyak 150 orang. Di antara mereka adalah ‘Ubaidullah bin al-Jarrah dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Abu Salamah melaksanakan perintah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menghadapi musuh dengan antusias. Beliau menggerakkan pasukannya pada gelapnya subuh saat musuh lengah. Maka usailah peperangan dengan kemenangan kaum muslimin sehingga mereka kembali dalam keadaan selamat dan membawa ghanimah. Disamping itu, mereka dapat mengembalikan sesuatu yang hilang yakni kewibawaan kaum muslimin tatkala perang Uhud.
Pada pengiriman pasukan inilah luka yang diderita oleh Abu Salamah pada hari Uhud kembali kambuh sehingga mengharuskan beliau terbaring ditempat tidur. Di saat-saat dia mengobati lukanya, beliau berkata kepada istrinya: ”Wahai Ummu Salamah, aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tiada seorang muslimpun yang ditimpa musibah kemudian dia mengucapkan kalimat istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un), dilanjutkan dengan berdo’a:’Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya’ melainkan Allah akan menggantikan yang lebih baik darinya. Pada suatu pagi Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam datang untuk menengoknya dan beliau terus menunggunya hingga Abu Salamah berpisah dengan dunia. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memejamkan kedua mata Abu Salamah dengan kedua tangannya yang mulia, beliau mengarahkan pandangannya ke langit seraya berdo’a: Ya Allah ampunilah Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya dalam golongan Al-Muqarrabin dan gantikanlah dia dengan kesudahan yang baik pada masa yang telah lampau dan ampunilah kami dan dia Ya Rabbal’Alamin.
Ummu Salamah menghadapi ujian tersebut dengan hati yang dipenuhi dengan keimanan dan jiwa yang diisi dengan kesabaran beliau pasrah dengan ketetapan Allah dan qadar-Nya.Beliau ingat do’a Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Abu Salamah yakni: Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini… Sebenarnya ada rasa tidak enak pada jiwanya manakala dia membaca do’a: ”Wakhluflii khairan minha” (dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya) karena hatinya bertanya-tanya: ‘Lantas siapakah gerangan yang lebih baik daripada Abu Salamah?’. Akan tetapi beliau tetap menyempurnakan do’anya agar bernilai ibadah kepada Allah.
 Ketika telah habis masa iddahnya, ada beberapa shahabat-shahabat utama yang bermaksud untuk melamar beliau. Inilah kebiasaan kaum muslimin dalam menghormati saudaranya, yakni mereka manjaga istrinya apabila mereka terbunuh di medan jihad. Akan tetapi Ummu Salamah menolaknya. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam turut memikirkan nasib wanita yang mulia ini; seorang wanita mukminah, jujur, setia dan sabar. Beliau melihat tidak bijaksana rasanya apabila dia dibiarkan menyendiri tanpa seorang pendamping. Pada suatu hari, pada saat Ummu Salamah sedang menyamak kulit, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam datang dan meminta izin kepada Ummu Salamah untuk menemuinya. Ummu Salamah mengizinkan beliau. Beliau ambilkan sebuah bantal yang terbuat dari kulit dan diisi dengan ijuk sebagai tempat duduk bagi Nabi. Maka Nabi pun duduk dan melamar Ummu Salamah. Tatkala Rasulullah selesai berbicara, Ummu Salamah hampir-hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tiba-tiba beliau ingat hadits yang diriwayatkan oleh Abu Salamah, yakni; Wakhlufli khairan minha (dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya), maka hatinya berbisik:’Dia lebih baik daripada Abu salamah’.
Hanya saja ketulusan dan keimanannya menjadikan beliau ragu, beliau hendak mengungkapkan kekurangan yang ada pada dirinya kepada Rasulullah. Dia berkata:”Marhaban ya Rasulullah, bagaimana mungkin aku tidak mengharapkan anda ya Rasulullah…hanya saja saya adalah seorang wanita yang pencemburu, maka aku takut jika engkau melihat sesuatu yang tidak anda senangi dariku maka Allah akan mengadzabku, lagi pula saya adalah seorang wanita yang telah lanjut usia dan saya memiliki tanggungan keluarga. Maka Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wasallam bersabda:Adapun alasanmu bahwa engkau adalah wanita yang telah lanjut usia, maka sesungguhnya aku lebih tua darimu dan tiadalah aib manakala dikatakan dia telah menikah dengan orang yang lebih tua darinya.
 Mengenai alasanmu bahwa engkau memiliki tanggungan anak-anak yatim, maka semua itu menjadi tanggungan Allah dan Rasul-Nya. Adapun alasanmu bahwa engkau adalah wanita pencemburu, maka aku akan berdo’a kepada Allah agar menghilangkan sifat itu dari dirimu. Maka beliau pasrah dengan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam . Dia berkata:Sungguh Allah telah menggantikan bagiku seorang suami yang lebih baik dari Abu Salamah, yakni Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Maka jadilah Ummu Salamah sebagai Ummul mukminin. Beliau hidup dalam rumah tangga nubuwwah yang telah ditakdirkan untuknya dan merupakan suatu kedudukan yang beliau harapkan. Beliau menjaga kasih sayang dan kesatuan hati bersama para ummahatul mukminin.
Ummu Salamah adalah seorang wanita yang cerdas dan matang dalam memahami persoalan dengan pemahaman yang baik dan dapat mengambil keputusan dengan tepat pula. Hal itu ditunjukkan pada peristiwa Hudaibiyah manakala Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para shahabatnya untuk menyembelih qurban selepas terjadinya perjanjian dengan pihak Quraisy. Namun ketika itu, para shahabat tidak mengerjakannya karena sifat manusiawi mereka yang merasa kecewa dengan hasil perjanjian Hudaibiyah yang banyak merugikan kaum muslimin. Berulangkali Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mereka akan tetapi tetap saja tak seorangpun mau mengerjakannya. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam masuk menemui Ummu Salamah dalam keadaan sedih dan kecewa. Beliau ceritakan kepada Ummu Salamah perihal kaum muslimin yang tidak mau mengerjakan perintah beliau. Maka Ummu Salamah berkata:Wahai Rasulullah apakah anda menginginkan hal itu?. Jika demikian, maka silahkan anda keluar dan jangan berkata sepatah katapun dengan mereka sehingga anda menyembelih unta anda, kemudian panggillah tukang cukur anda untuk mencukur rambut anda (tahallul). Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menerima usulan Ummu Salamah. Maka beliau berdiri dan keluar tidak berkata sepatah katapun hingga beliau menyembelih untanya. Kemudian beliau panggil tukang cukur beliau dan dicukurlah rambut beliau. Manakala para shahabat melihat apa yang dikejakan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka mereka bangkit dan menyembelih kurban mereka, kemudian sebagian mereka mencukur sebagian yang lain secara bergantian. Hingga hampir-hampir sebagian membunuh sebagian yang lain karena kecewa.
Setelah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menghadap Ar-Rafiiqul A’la, maka Ummul Mukminin, Ummu Salamah senantiasa memperhatikan urusan kaum muslimin dan mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi. Beliau selalu andil dengan kecerdasannya dalam setiap persoalan untuk menjaga lurusnya umat dan mencegah mereka dari penyimpangan, terlebih lagi terhadap para penguasa dari para Khalifah maupun para pejabat. Beliau singkirkan segala kejahatan dan kezhaliman terhadap kaum muslimin, beliau terangkan kalimat yang haq dan tidak takut terhadap celaan dari orang yang suka mencela dalam rangka melaksanakan perintah Allah. Tatkala tiba bulan Dzulqa’dah tahun 59 setelah hijriyah, ruhnya menghadap Sang Pencipta sedangkan umur beliau sudah mencapai 84 tahun. Beliau wafat setelah memberikan contoh kepada wanita dalam hal kesetiaan, jihad dan kesabaran.

Jumat, 30 Maret 2012

KENALI CIRI CIRI NEW AGE MOVEMENT (NAM), VIRUS YANG BERBAHAYA

New Age Movement (NAM) (oleh J van Tiel)

NEW AGE MOVEMENT
DR. Julia Maria van Tiel
antropologi kesehatan
NAM apakah itu?
�Suatu kepercayaan alternatif baru
�Gerakan spiritual dalam milenium baru (Age Aquarius dalam astrologi)
�Melakukan �hare�pencerahan dan keharmonisan menuju New World Order
�Berdasarkan pada Monism (all in one), Phantheism (all is God), Tuhan impersonal, dan mistisism
�Kembali kepada Agama2 Timur (Hindu, Budha, Tao) agama Pagan, dan agama-agama Samawi.
�Synkretisme dan dapat muncul dalam warna warni ataupun agama tertentu.
NAM sebagai payung gerakan
�NAM tidak ada organisasi
�Gerakan dengan interesnya masingmasing (pendidikan, kesehatan, politik, ekologi, human potensial & motivator, guru spiritual, astrolog, dlsb)
�Menyiarkan visi humanisme, perdamaian, anti peperangan, dan rasa cinta
Karakteristik NAM
�Mengunduh dari berbagai sumber (religi, kepercayaan, budaya & science)
�Semua agama equal dan universal
�Sinkretik dengan berbagai agama
�Adaptif dengan pseudoscience
�Tidak mengenal konsep Nabi, malaikat, wahyu, setan, surga, neraka, dosa, pahala, tetapi enerji postip dan negatip
�Tidak mengenal Imam, tetapi Master dan Guru
�Tuhan yang impersonal berada dalam semua individu
�Percaya karma dan reinkarnasi

Theologi dalam NAM
�Monism �Tuhan satu untuk semua religi �wholeness (all in one)
�All is GOD (Tuhan impersonal)
�Tuhan dalam diri manusia (Man is God)
�Mental spiritual (Mind) merupakan kebenaran yang tertinggi
�Reduksi dalam bentuk enerji �inner energy (the power of God �eternal wisdom)
�Inner Energy mempengaruhi fisik dan badan astral (roh, jiwa)
�Sehat dipengaruhi oleh keseimbangan body �mind �soul
�Percaya akan datangnya New Age Messiah di abad ini (Indigo, Blue Star Children, Crystal Children)

Synchronity menuju keharmonisan
�Synchronity �share spiritual dengan sesama manusia
�Synchronity dapat tercapai jika setiap individu mempunyai keseimbangan body �mind �soul
�Synchronity akan mencapai dunia yang harmonis
�Tidak ada dominasi gender

Eat Pray & Love
Setiap pasangan akan tidak bahagia dan cerai akibat tidak ada synchronity spiritual antar suami istri. Agar synchronity dapat dicapai maka setiap individu harus mempunyai balancing dari body-mindsoul.
Dengan demikian kehidupan universe akan harmonis.

Sejarah
�Awal perkembangan transendental masy Eropa (Ralph Waldo Emerson 1803-1882); perkemb Theosophy dr Helena P Blavaktky - Rusia (1831-1891);perkem. Antroposophy dari Rudolf Steiner
�Jerman (1861-1925); Carl Jung �Swiss (1875 �1961)
�Berkembang di Inggris dibawa ke Amerika dan menyebar ke seluruh dunia
�Dimulai sekitar tahun 1960 �1970 (Flower Power, Flower Generation)
�Sebagai akibat dari stagnasi beragama
�Kehidupan sekuler
�John Lenon dengan musik Imagine mendedangkan love, peace, not war

Tokoh-tokoh
�Krishna Murti �theosof asal India, dikenal inkarnasi dari Mahatera Bodisatva
�Deepak Chopra �guru New Age, dokter holistik pengobatan ayurveda
�Fritjof Capra- ahli fisika Amerika asal Austria yang memadukan antara ilmu fisika dan mistik. Penulis buku2 new age, dan pendiri Center for ecoliteracy dan mempromosikan �cology & systems thinking�bagi anakanak sekolah.
�Stephen Covey �ekonom Amerika penulis buku best seller �even Habits of Highly Effective People, yang mana bukunya bukan saja menjadi buku pegangan pebisnis tetapi juga masuk ke kelompok guru.

Tokoh-tokoh
�Merilyn Ferguson �jurnalis majalah new age movement, penulis buku-buku antara lain yang terkenal The Aquarian Conspiracy
�AndrewWeil �dokter holistik bio-psiko-sosial-spiritual yang mengajarkan selfhealing, pengobatan dari dalam diri.
�Benyamin Creme �founder Yayasan Share International yang menyebarluaskan pemahaman NAM melalui kuliah-kuliah di berbagai negara. Ia mengaku
dirinya sebagai titisan Lord Maitreya.
�Alice Bailey �asal Inggris, penulis dan guru astrologi, spiritual, pengobatan dari dalam, dan occultisme.

Aquarian Conspiracy
(dari Merilyn Ferguson)
�Berawal dari transformasi spiritual (perubahan paradigma)
�Tingkat individu (perubahan pikiran dan spiritual)
�Tingkat masyarakat
�The whole earth conspiracy (negara tanpa batas, budaya sama, spiritual sama)

New Age Properties
�Musik & video, aroma untuk meditasi
�Amulet, perangkat astrologi, peramalan, neurofeedback, perangkat hipnose
�Psycho-therapuitik properties
�Obat-obatan back to the nature
�Makanan back to the nature

New Age Ritual
�Tidak ada seremoni ritus lintas sebagaimana agama Pagan
�Inisiasi membuka inner energy (Chi, Kundalini, aura, gelombang alpha)
�Meditasi
�Krisis karena spiritual belum lengkap

New Age Medicine
�Umumnya supranatural
�Etiologi penyakit karena masalah gangguan keseimbangan body-mind-soul
�Gangguan vibrasi negatip
�Semua terpusat pada masalah inner energy

Sistem pengobatan
�Holistik (bio-psiko-sosio-spiritual), dari dalam, selfhealing
�Balancing body-mind-soul
�Melalui peningkatan the inner energy
�Melalui kontempelasi (berimajinasi radikal)
�Menghindari hal-hal bervibrasi negatip (makanan, emosi, situasi)

Sistem perawatan kesehatan
�Holistik bio-psiko-sosio-spiritual
�New Age Diet (vegetarisme, vegan, Stone Age Diet)
�Meditasi mencari keseimbangan bodysoul-mind
�Back to the nature (hutan, laut, gunung)

Praktek pengobatan NAM
NAM banyak mengambil berbagai metoda terapi mulai dari yg tradisional s/d moderen dikombinasi dengan inner energy balancing dan konsentrasi memperbaiki brain wave (gelombang otak)
�Akupuncture, chiropractice, iridiology, brain gym, muscle touch, biofeedback dll

NAM & psikologi
�Fokus pada human potential & motivasi:
- dengan pemahaman all is God, Tuhan dalam setiap individu, humanity is GOD, maka manusia bisa meningkatkan kemampuan tanpa batas;
menggunakan metoda hipnose serta memotivasi secara radikal (Contoh NLP)
�Menggunakan teori psikologi transpersonal dari Carl Jung
�Lebih banyak masuk ke jalur perdagangan melalui seminar2 dan pelatihan (motivasi) mahal.
NAM & PSIKOLOGI
�Berbicara tentang mencapai memori fotografis
�Kesimbangan otak kiri dan kanan (IQ otak kiri; EQ & SQ otak kanan)
�Berupaya mencapai tingkat inteligensi yang paling tinggi
�Self suggestion

NAM & Fisika Murni
�Fisika murni (fisika kuantum dari Wolfgang Pauli�tentang atom, gelombang, dan enerji) diadopsi oleh Carl Jung untuk menjelaskan mental state dan spiritual yang sebenarnya tidak dilandasi oleh bukti ilmiah, experimen, dan matematika
�Fisika murni menjelaskan tentang fisik bukan non-fisik sebagaimana spriritual

NAM & Neuroscience
�Memanfaatkan pengertian brain wave untuk menjelaskan conciousness state
�Menggunakan teknologi biofeedback untuk meningkatkan conciousness state dan inner energy
�Menggunakan organ otak sebagai icon

God Spot
�Dipahami oleh New Ager bahwa Tuhan
berada di dalam otak manusia
�Berawal dari penelitian oleh tim neurologi
universitas California pada pasien epilepsi
yang mengalami serangan dg trigger katakata
tertentu dalam kegiatan spiritual.
Terdapat aktivitas meningkat pada lobus
temporalis.
�Penelitian selanjutnya pada eksperimen
kegiatan spiritual menunjukkan aktivitas ada
di berbagai bagian otak. Namun belum
dilakukan uji perbedaan dengan kegiatan
lain yang menggunakan juga konsentrasi.
�God Spot membawa konflik dengan agamagama
langit �sebab NAM mengatasnamakan
sebagai hasil penelitian ilmiah.
NAM & Science
�Tidak bisa tunduk pada scientific truth karena
the inner energy adalah yang paling sakral.
�Akibat dari pendekatan holistik menyebabkan
science akhirnya menjadi pseudoscience tetapi
diakui sebagai kebenaran (penggunaan fisika
kuantum untuk menjelaskan spiritual,
penggunaan neuroscience sebagai klaim
pengilmiahan proses peningkatan the inner
energy; )
�Mencampuradukkan science dan konsep
keTuhanan
�Mengutamakan testemoni

NAM & Science
�Penyalahgunaan penjelasan dan digunakan
secara salah ttg kecerdasan, kognitif, fungsi otak
kiri dan kanan.
�Tidak menggunakan dasar penelitian empirik
tetapi menggunakan testemoni, karena masalah
science dikaitkan dengan spiritual yang hanya
dapat dirasakan oleh si orang itu sendiri.
�Mengkritiki science dalam NAM dituntut untuk
merasakannya sendiri terlebih dahulu.
NAM & Pendidikan
�Keluarga dan anak sekolah menjadi sasaran
utama
�Menisbikan keunikan anak (mis. Stephen Covey
dlm The Seven Habit Highly Effective People )
�Ke arah holistik education (transpersonal
education termasuk: yoga, right brain learning,
meditation, centering, guided imagery, confluent
education, dll)
�Global education mengikuti agenda politik NAM
(brotherhood, one world goverment)
�Pengajaran agama yang sinkretik.
NAM vs Ilmu Pendidikan
�Kejeniusan dalam NAM didapatkan melalui
pelatihan meningkatkan the inner energy.
Semakin tinggi pelatihan dipercaya
semakin tinggi tingkat inteligensi
�Kejeniusan dalam ilmu kependidikan
adalah natur genetik +
pendidikan/pelatihan hingga menghasilkan
preastasi luar biasa

NAM & Parenting
�Memanfaatkan hipnose dan suggestion
�Menisbikan faktor genetik
�Menggunakan sudut neuroscience untuk
menjelaskan masalah perkembangan otak anak
dan bayi
�Merangsang perkembangan otak dengan musik,
menghindari vibrasi negatip, meningkatkan
vibrasi positip dengan cara memberikan kasih
sayang, makanan new age diet, hindari stress
dan melahirkan dengan cara normal

NAM & dunia usaha
�Menggunakan filosofi, konsep, logo,
slogan NAM dalam marketing
�Memberikan janji hidup yang lebih baik
�Membentuk komune dunia usaha
bertingkat-tingkat dengan berbagai
macam interes dan bonus
�Anggota (dunia usaha) mempunyai tugas
mencari anggota baru

NAM & ekonomi sistem
�Universal Enlightened Production (terpusat
pada kebutuhan spiritual individu)
�Higher consiousness = higher income

NAM & Politik
�Membangun networking di tingkat bawah
kemudian ke atas
�Membangun konspirasi
�Menuju new world order di bawah
konspirasi new age movement

NAM & perubahan masyarakat
�Menuju perubahan tata nilai
�Transformasi akibat dari perubahan
paradigma di tingkat individu
�Falsafah universalitas dalam agama
�Universalitas budaya

New Age & Agama
�Norman L. Geisler focuses on 14 doctrines typical of New Age
religions:
1) an impersonal god (force)
2) an eternal universe
3) an illusory nature of matter
4) a cyclical nature of life
5) the necessity of reincarnations
6) the evolution of man into godhood
7) continuing revelations from beings beyond the world
8) the identity of man with God
9) the need for meditation (or other consciousness-changing
techniques)
10) occult practices (astrology, mediums and so forth)
11) vegetarianism and holistic health
12) pacifism (or anti-war activities)
13) one world (global) order
14) syncretism (unity of all religions)
(Norman L. Geisler, professor of Systematic Theology at Dallas
Theological Seminary (1989): "The Age Old New Age Movement" )

Dampak praktek new age dalam
psikiatri/psikologi
�Akibat praktek spiritual radikal
menyebabkan gangguan psikiatri dan
perilaku ( dellusion grandeur, halusinasi,
psikose, schizophrenia)

NAM & Konflik
�Dengan agama-agama lain
�Dengan kelompok ilmuwan
�Dengan kelompok ahli kependidikan dan
guru
�Dengan bidang kesehatan
�Dengan ahli filsafat

Mengatasi dampak kejiwaan akibat
praktek spiritual
Spiritual Problems �DSM IV V62.89
1 Spiritual emergence
2 Spiritual problems
3 Mystical experiences
4 Near-death experiences
5 Meditation and spiritual Practices
6 Psychic experiences
7 Visionary experiences
8 Shamanic crisis
9 Alien encounter experiences
10 Possession experiences
Diperlukan pengetahuan psikologi
Transpersonal dan Cognitive Behaviour
Therapy sebagai pendekatan
Julia Maria van Tiel
Doktor antropologi kesehatan
1980 -1994 : staf pengajar UI
1990 �1994 : dosen luar biasa pada Bidang Studi
Antropologi Kesehatan Pasca UI & Unair

Minggu, 25 Maret 2012

Cap Jeyy


Menu makan siang di minggu yang asyik ini adalah:

  1. Cap Jey
  2. Tempe goreng
  3. Tahu goreng krispi
  4. Nasi putih
  5. Sambel

Putri Salju

Bahan-bahan kue putri salku
Minggu ini anak-anak merengek minta beli kue..

"Maa...kok gak ada makanan sih....."


"Paa...beli kue yukk....."


"Oke....bagaimana kalau kita bikin sendiri..." Kata Mama sambil tersenyum.
"Iya...maa, bikin puteri salju saja...." kata Acing,
"oke nak kita bikin puteri salju...., kita beli bahan-bahan dulu yaa..."


Take Action

Oke...mulailah kita membuat kue putri salju. Mama menggoreng tepung terigu di atas wajah tanpa minyak dengan api sedang.
Kemudian para senior menyiapkan loyang, baskom, mikser dan oven


Ayoo...aduk terussss
Siap...dioven..

Inilah...puteri salju penuh perjuangan



Jumat, 16 Maret 2012

copy paste dari twitter @kupinang

Pelajaran apa yang bisa kita petik dari tubuh ringkih Syaikh Ahmad Yassin?.Jalan tak kuat, mata tak bisa melihat, suaranya lirih, tetapi ia mampu menggerakkan ribuan manusia. Kata-katanya berpengaruh, ucapannya didengar & nasehatnya dihormati meski jasadnya sudah tidak ada lagi. Kematiannya juga mengajarkan kepada kita bahwa tubuh ringkih itu lebih besar pengaruhnya daripada anak-anak muda yg tegap jalannya, sehingga untuk membunuhnya, Israel perlu menyiapkan bom-bom ukuran besar. 


Apa yang bisa kita pelajari dari Jenderal Sudirman? Paru-parunya tinggal satu, melangkah dengan tegap ia tak mampu, tetapi acungan telunjuknya diikuti dengan patuh. Tubuhnya lemah, tetapi kepemimpinannya sangat kuat. Ia tak mampu melakukan orasi yang memukau, tetapi integritas pribadinya menggentarkan lawan dan menggetarkan kawan. Ia adalah seorang pemimpin yang sangat berpengaruh.


Kisah orang-orang besar ini mengajarkan kepada kita betapa keliru dan sesatnya peribahasa yang mengatakan,  “Men sana in corpore sano. Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.” Justru sebaliknya, jiwa kitalah yg lebih menentukan. Jika jiwa kita sakit, maka tubuh yang kuat sekali pun tak dapat memberikan manfaat bagi hidup kita. Sebaliknya, tubuh yang kuat tidak dengan sendirinya menyebabkan jiwa kita sehat dan kuat. Bukankah banyak penjahat & penipu yg badannya tegap, suaranya mantap & bicaranya memikat? Tubuh mereka sehat, tp jiwa mereka ringkih.


Sekali lagi, kita dapat mengambil pelajaran penting dari kisah yang lebih dramatis. Saya mendapatkannya dari sebuah buku bertajuk Saat Hidayah Menyapa yang dihadiahkan oleh penulisnya, Ustadz Fariq Gasim Anuz kepada saya. Buku ini brtutur ttg ‘Abdullah bin Umar Bani’mah, seorang ustadz di Jeddah yang tidak mampu mnggerakkan anggota badannya dg baik. Ia lumpuh, lehernya patah shg mnggeleng pun luar biasa sulit, suara tak bisa lantang & duduk di kursi roda pun bukan pkerjaan mudah. Dibanding Syaikh Ahmad Yassin, ‘Abdullah Bani’mah lemah fisiknya. Hanya saja, ‘Abdullah Bani’mah tidak mengalami kebutaan.  Tetapi…. Di balik ringkihnya tubuh ‘Abdullah Bani’mah yg tak berdaya, Allah Ta’ala memberikan kekuatan dalam menggerakkan manusia.


Banyak orang terinspirasi setelah mendengar ceramahnya. Bukan karena gaya bicaranya yang memukau. Bukan. Ia bukan seorang orator. Tetapi kata-katanya berpengaruh krn jiwa yg menuturkannya taat kpd Allah. Isinya padat, penyampaiannya lugas tak bernilai puitis, gaya bicaranya datar tak mendayu-dayu, dan tidak menggunakan trik-trik komunikasi publik yang memikat. Tetapi Allah Ta’ala jadikan pembicaraannya sebagai wasilah (perantara) turunnya hidayah kepada ribuan jiwa manusia. Allah Ta’ala karuniakan kepadanya kekuatan bicara yang berbobot (qaulan tsaqiilan) dan menggetarkan.


Bercermin pada kisah mereka, kita belajar bahwa kecerdasan saja tidak cukup, meskipun ia bernama kejeniusan. Kesempurnaan fisik saja tidak cukup, meskipun ia memiliki kemampuan melihat yang ketajamannya melebihi orang lain. Keterampilan saja tidak cukup, meskipun ia melakukan pekerjaan yang sangat rumit dalam waktu sekejap secara sempurna. Betapa banyak orang yang memiliki bakat berlimpah (jika Anda percaya bakat itu ada) & kemampuan yang menakjubkan, tetapi mereka gagal mengelola dirinya sehingga memberi manfaat terbaik bagi dirinya, orang lain dan terutama agama ini.


Sebaliknya, kita telah belajar dari sejarah masa lalu maupun kisah yang masih berlangsung hingga hari ini, betapa banyak orang yang memiliki setumpuk kekurangan dan bahkan hampir-hampir tak ada kelebihannya sama sekali, tp mrk mampu mengukir kebaikan di atas lembar sejarah hidupnya krn jelasnya tujuan & besarnya daya tahan mnghadapi kesulitan. Mereka berhasil melakukan hal-hal besar bukan karena memiliki kemampuan yg sangat besar, tp krn besarnya pnghargaan mrk thdp hidup sehingga menjaganya dengan hati-hati agar dapat mempertanggung-jawabkan di hadapan Allah Ta’ala di Hari Akhir nanti. Mereka menjaga nilai hidupnya dengan melakukan hal-hal yang memberi manfaat dan bersungguh-sungguh dalam menjalaninya.


Mari kita tengok sejarah! Apa yang terjadi pada para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in?, Lihatlah para bekas budak dan ahlus-suffah yang tak berdaya itu. Mereka datang menghadap raja, berbicara dengan penguasa negeri lain, dengan langkah tegap dan kepala tegak. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan kepercayaan diri yang sangat kuat. Sepeninggal Rasulullah, para bekas budak itu telah menjadi orang-orang terhormat yang kata-katanya didengar dan nasehatnya dinanti. Apa yang telah mengubah mereka? Iman. Perubahan yang menjadikan mereka berdiri sama tegak dan berbicara sama tegas. Bukan karena mereka pongah, tetapi karena mereka memiliki ‘izzah (harga diri) dan ‘iffah (kendali diri) yang kuat.

Jumat, 10 Februari 2012

copy paste dari @kupinang

Muadz bin Jabal r.a., pernah berkata, “Tuntutlah ilmu pengetahuan karena dengan ilmu akan menimbulkan rasa takut kepada Allah.
Mempelajari ilmu pengetahuan termasuk ibadah, menelaahnya dianggap membaca tasbih, meneliti itu setara jihad, mengajarkannya kepada orang bodoh dihitung sebagai sedekah & mendiskusikannya kepada para pakar dianggap sebagai suatu bentuk kedekatan kepada-Nya.”
 Ilmu adalah penerang jalan dan penuntun langkah agar tak sesat. Karenanya kita harus memerhatikan dari mana ia keluar.
Di antara orang-orang yg mngajarkan pngetahuan kpd orang lain, ada yg memiliki kelayakan, ada yg sdg melengkapi dirinya dg kepatutan tp ada pula yg tiada kebaikan pd dirinya kecuali u/ ditinggalkan. Sebab sumber yg keruh & rancu tak membawa kebaikan apa pun kpd kita kecuali keburukan & kegelisahan. Mereka hanya membawakan untuk kita pengetahuan & keasyikan, tapi tanpa jalan terang yang menyejukkan.
Teringat perkataan Fudhail bin Iyadh. Ia pernah mengingatkan, “Ulama itu banyak, namun ahli hikmah yang bijaksana itu sedikit Sesungguhnya yg dituju dr ilmu ada hikmah kebijaksanaan. Brgsiapa yg dianugerahi hikmah, maka ia telah mendapat karunia tak terhingga.”
Jika ulama' yg patut jadi acuan akan menerangi hati & menuntun jalan, maka mereka yg mengulama'kan diri akan mendatangkan fitnah besar.
Sufyan ats-Tsauri pernah berkata, “Berlindunglah kalian kepada Allah dari fitnah ahli ibadah yg bodoh, (dan) fitnah ulama yang lacur. 
Sesungguhnya bahaya fitnah mereka berdua ('abid yg bodoh & ulama' lacur) adalah malapetaka besar bagi setiap orang yang mengenainya.”
 Mengingat bahayanya lebih besar daripada manfaat yang bisa kita ambil, kita perlu mengenali tanda-tandanya
Sesungguhnya setiap perkara membawa pertanda. Demikian pula ulama yg ucapannya membangkitkan fitnah, mereka membawa pertanda
Ada beberapa tanda yg dapat kita kenali. Sbagian di antaranya, dapat kita prbincangkan saat ini.
 Pertama, berlagak bijak. Abu Bakar Muhammad menuturkan, “Ulama lacur bertutur-kata bagai ahli hikmah agar disangka bijaksana.
Ia tak khawatir besarnya tanggung-jawab dari ucapan-ucapannya karena memang ia tidak mengamalkannya.”
Kedua, sombong. “Ulama” semacam ini akan sibuk menyombongkan diri dengan bertambahnya pengetahuan yang mereka dapat.
Apabila mereka bertemu dengan orang lain yang dianggap lebih rendah, atau belum bersinar karismanya, ia akan meninggikan diri
 Ia tak segan-segan mengucapkan kalimat yg membuat hati jadi ciut dan dada jadi sempit. (atau sebaliknya, merasa aman dari salah & dosa).
Sebaliknya, jk ia duduk bersama orang yg dianggap lebih tinggi, ia akan menundukkan diri dg menampakkan sikap seolah-olah tawadhu’.
Mereka mnjadikan orang-orang bodoh sbg kaki tangannya & mmbodohi orang-orang yg brpengharapan kpdnya shg ia dapat melanggengkn pengaruh.
Adapun kpd orang yg lebih tinggi kedudukannya, ia menampakkan ketundukan & mendekatkan diri agar disebut sbg golongan berderajat tinggi.
Ia mendekat agar dianggap sederajat oleh masyarakat. Bukan karena ingin mengambil keutamaan ilmunya.
Ketiga, merasa dbutuhkan. Bukan sadar dirinya dibutuhkan. Mereka merasa sangat terhormat & sangat dibutuhkan shg sibuk meninggikan diri.Keempat, merasa serba tahu sehingga berani menjawab pertanyaan apa pun, bahkan sampai ke hal-hal yg mereka paling tidak tahu.



Minggu, 29 Januari 2012

Pangsit Cak Su

Hujan begitu damai.....mengguyur bumi ini...
semakin lengkap dengan hadirnya
semangkok Pangsit made in Cak Su..
Selamat menikmati...
Semangkok pangsit

beberapa biji lombok merah....


Lengkap dengan krupuk dan daging ayam...nyaam

Senin, 23 Januari 2012

Bakpao yang Ueanak

Bakpao yang baru mateng

Sip...2 jempol

Membuat Bak Pao

Anak-anak sedang membuat adonan bakpao

Bakpao siap dikukus

Bahan:

  1. Tepung Terigu 1 Kg
  2. Telor 1/4 Kg
  3. Permipan 50 Gr
  4. Susu Bubuk Full Cream 2 Sacet
  5. Mertega Putih 1/4 Kg
  6. Gula 50 Gr

Jumat, 20 Januari 2012

Nongko Jajar Ternyata...

Nama Nongko Jajar ternyata ada hubungannya dengan buah Nangka. Konon kabarnya disepanjang jalan banyak orang yang berjualan nangka secara berjajar..buanyak sekali, sehingga orang mengatakan
"Besuk nek onok rejaning njaman...deso iki tak arani ...
NONGKO JAJAR !...
Buah nangka...di sepenjang jalan pasar Nongko Jajar